Rabu, 16 Juli 2014


Foto : Outlet Akademi Laundry

Coba apa yang terpikir saat menyimak angka-angka di bawah ini? Di Jakarta yang berpenduduk sekitar 8 juta atau kurang-lebih 2 juta kepala keluarga, diprediksi hanya kurang dari 0,5 % yang terjamah jasa binatu. Pada 2007 ini, ditengarai angkanya baru sedikit meningkat dibandingkan angka tahun lalu yang diperkirakan sekitar 5.000 kepala keluarga.  
Padahal, pergeseran gaya hidup serta tuntutan kebutuhan ekonomi menyebabkan sebagaian besar penghuni Jakarta menjadi keluarga super sibuk. Hampir semua anggota keluarga, baik suami maupun istri dituntut memiliki mobilitas tinggi dan menghabiskan sebagian besar waktunya pada aktifitas di luar rumah.  Hal itu tidak ayal menyebabkan beberapa urusan di dalam rumah kurang menjadi perhatian karena setelah lelah seharian bekerja yang terpikir sesampai di rumah adalah istirahat. Pekerjaan mencuci dan menyetrika baju misalnya, kerap kali menjadi urusan yang merepotkan sehingga butuh bantuan orang lain sebab mau tidak mau penampilan yang bersih dan trendy diperlukan untuk mendukung setiap kegiatan.  

Maka tidak salah apabila
 laundry merupakan salah satu bisnis jasa yang pasti akan terus berkembang. Tidak hanya di Jakarta, di kota-kota besar lainnya pun, pasarnya cukup menggiurkan. Di Jogjakarta yang tercatat memiliki 300.000 mahasiswa dan pelajar, konon bisa menghasilkan perputaran omset tidak kurang dari Rp 1,5 miliar per bulan. Dan ini hanya dinikmati 300-an laundry. Secara garis besar, saat ini berkembang dua jenis binatu berdasarkan model penghitungan biaya. Yang terlebih dahulu ada yakni berdasarkan jumlah pakaian per potong, kemudian menyusul model laundry dengan mengitung berat cucian atau laundry kiloan yang belakangan mulai marak.   

Fenomena yang disebut terakhir ini cukup menarik. Sekarang bayangkan saja, misalkan 10% dari 2 juta keluarga di Jakarta dengan rata-rata terdiri 4 orang anggota bisa tergarap maka sama artinya terdapat 800.000 orang minta dilayani. Apabila setiap hari masing-masing mempunyai pakaian kotor sebanyak 1,5 kg pakaian berarti 1.200 ton siap dicuci. Itu baru sejumlah konsumen dari keluarga dan belum menghitung pangsa pasar lain seperti jutaan kamar penginapan dan hotel, masih ditambah restoran dan lain-lain. Bisa dipastikan omset yang mampu diraup mencapai triliunan rupiah per bulan!
 

Peluang menggiurkan itulah yang ditangkap para pengusaha sehingga banyak binatu baru mulai bermunculan. Contohnya Fasolia Winda dan Litha Aprilyanti yang bekerja sama mendirikan Umi Klin. Meski baru beroperasi mulai 1 Maret 2007 tetapi bisnisnya mulai dirintis sejak bulan Januari dengan mengusung konsep laundry kiloan. Bermarkas di kompleks perumahan di kawasan Bekasi maka pasar utama yang dibidik tidak lain adalah para keluarga yang menjadi penghuni perumahan.  
 
    
 
Mengaku tidak mau membuka usaha asal jadi Winda melakukan berbagai persiapan, di antaranya survei
 laundry kiloan sejenis yang telah lebih dahulu ada. Menariknya jebolan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya itu menerapkan strategi yang agak berbeda untuk pengembangan usaha. Ia mengamati bisnis laundry pada umumnya mengoperasikan usahanya dulu baru disusul pembukaan agen-agen, sehingga perkembangannya lebih lambat. "Dari awal saya berkesimpulan kalau saya berdiri tanpa bantuan dari mitra-mitra, perkembangannya akan lambat sekali. Maka sebelum jalan, saya berusaha menghubungi orang-orang yang bersedia menjadi agen," ungkap mantan aktifis bidang pendekatan personal itu. 

Sehingga sejak awal buka, dikatakan, sudah terdapat 15 agen dan sekarang telah menjadi sekitar dua puluhan orang. Uniknya mereka ternyata bergabung tidak semata-mata gratis tetapi dibebani biaya stater pack spanduk maupun brosur. Sebab bukan hanya sebagai tempat transit, agen dituntut aktif pula melakukan penawaran jasa ini di wilayah tertentu termasuk menawarkan bentuk kerja sama ke rumah-rumah sakit, misalnya Besarnya biaya kemitraan tidak sama, tetapi tergantung bargain poweryang disesuaikan kondisi perusahaan. Artinya semakin banyak jumlah agen yang terdaftar, nilai rupiahnya juga semakin tinggi. "Biaya itu sekaligus berfungsi sebagai motivator," imbuhnya.
 

Dengan mengandalkan kekuatan jaringan seperti itu Winda serta Litha bisa berbangga karena keduanya hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk memenuhi target mencuci 110 kg per hari. Sedangkan pada laundry yang memakai strategi konvensional dibutuhkan setahun lebih untuk bisa mencapai target 100 kg lebih per hari. Dengan modal investasi sekitar Rp 40 juta dan cukup 3 unit mesin cuci masing-masing dapat beroperasi 5 kali dalam sehari, pada bulan pertama sudah mampu menghasilkan pemasukan sekitar Rp 15 juta.
 

Agar jasa yang ditawarkan mudah diterima oleh konsumen dua wanita kelahiran Sumatera Selatan ini berusaha membuat berbagai variasi yang fleksibel. Di samping layanan standar cuci plus setrika dengan tarif murah Rp 5.500,00 per kilo, mereka juga menawarkan paket jasa setrika pakaian dengan biaya Rp 3 ribu. Umi Klin bahkan mempunyai program sistem out source, pelanggan boleh mencuci sendiri pakaian kotor mereka dengan biaya Rp 3 ribu tiap setengah jam, atau sama dengan Rp 6 ribu per jam. Ada juga paket hemat keluarga dengan biaya sebesar Rp 250 ribu per bulan yang bisa dibayarkan setelah menerima gaji bulanan serta layanan antar-jemput maupun pilihan bagi konsumen apakah pakaian tersebut hendak dilipat ataukah digantung.   
 
 
 
Melihat prospek usaha yang cukup cerah istri Allan Demon itu juga sudah melirik kemungkinan kerja sama waralaba walaupun belum genap berusia setengah tahun. Disebutkan saat ini meskipun belum terdapat penawaran resmi namun paling tidak sebanyak 8 calon franchisee menyatakan berminat, dua di antaranya dari Bogor serta Bangka-Belitung. "Pada dasarnya untuk bisnis laundry tidak terlalu terpengaruh lokasi. Kuncinya adalah kemampuan membentuk agen-agen di berbagai daerah. Saya tidak mau ada lebih dari satu agen di wilayah yang sama," Winda mengungkapkan keyakinannya. Walau begitu diakui pula tingkat persaingan yang terjadi cukup tinggi sehingga mengatasinya harus dengan memperkuat kualitas pelayanan termasuk cara mendekati costumer dengan sikap keramah-tamahan.
 

Sikap optimis juga ditambahkan Litha karena melihat celah pasar lumayan lebar, yakni banyaknya keluarga sibuk, sementara mendapatkan pembantu rumah tangga yang bisa dipercaya gampang-gampang susah. "Keuntungan  di Jakarta dibandingkan dengan kondisi di daerah, daya beli lebih tinggi dan kuantitas warganya lebih banyak," tukasnya.
 


Analisa Bisnis Laundry Kiloan
 
Investasi usaha                                                                                                 Rp 40.000.000,-
 

Penghasilan (Asumsi 100 kg cucian/hari)    Rp 550.000,- X 30 hari         Rp 16.500.000,-
Biaya operasional                                                                                            Rp   9.000.000,-
 
                                                                                                                                ---------------------
 
Keuntungan bersih per bulan
                                                                         Rp  7.500.000,- 
Kesimpulan: Investasi sudah kembali pada 6 bulan pertama      
 
Harga tiap daerah berbeda

Disadur dari MajalahPengusaha.Com:
 
http://www.majalahpengusaha.com/content/view/79/30/1/1/ 


Untuk Bisnis Plan Laundry Kiloan bisa dilihat di:
 
http://kartikasari08.wordpress.com/2008/03/13/bisnis-plan-laundry-kiloan/ 

Selasa, 15 Juli 2014





        Sepuluh atau 20 tahun ke belakang, tak banyak pelaku usaha yang bergelut di bidang jasa mencuci (laundry), terutama laundry kiloan. Jasa laundry hanya mudah ditemukan di hotel-hotel berbintang ataupun tempat laundry ekslusif dengan pelayanan ekslusif pula. Pakaian yang dicuci pun, pakaian yang memerlukan perlakuan khusus. Harga satuannya cukup mahal.
Nah, semakin sibuknya masyarakat di tanah air, tak jarang orang-orang tak punya waktu untuk sekedar mencuci pakaiannya sehari-hari. Kebutuhan akan jasa itu dimanfaatkan oleh bibi-bibi sekedar mengisi waktu luang. Mereka dari rumah ke rumah mencucikan pakaian tetangganya atau di bawa ke rumah masing-masing. Pagi hari mengambil cucian dan sore hari dikembalikan kepada majikannya. Mencucipun tanpa mesin, cukup dibilas dengan tangan dan mengeringkan dijemur di bawah terik mentari. Soal honor tak ada ukuran atau bayaran seiklasnya. Terserah si majikan yang memberi. Cucian sedikit atau banyak, honornya segitu saja.
       Karena dianggap tidak memerlukan keahlian khusus, tak jarang tukang jasa cuci seperti itu selalu digambarkan sebagai pekerjaan rendahan atau orang pinggiran. Sering tergambar berita di TV, kesengsaraan seseorang selalu diembel-embeli dengan, ”hanya buruh cuci yang pendapatan hariannya tidak menentu”.
      Kini, kondisi seperti itu sangat berbeda 180 derajat. Hampir di setiap gang, sangat mudah ditemukan workshop atau agen yang menerima jasa cucian dengan tarif kiloan.Terutama di lokasi yang dekat dengen kampus dan kos-kosan. Uniknya para penyedia jasa laundry itu, dari sisi penampilan tak kalah bagusnya dengan toko pakaian atau warnet. Workshop, dengan warna cat mencolok juga pegawainya mengenakan seragam. Petugas delivery pun sudah jarang yang menggunakan sepeda kayuh. Paling kecil menggunakan sepeda motor bahkan mobil khusus antar jemput laundry.
     Demikian juga jika masuk ruang workshop laundry. Selain penampilan karyawannya yang bersih, ownernya keren-keren. Komputer atau laptop di ruang kerjanya, blackberry di tangannya dan tampilan mobil di depan workshopnya.
     Dari segi pendidikan jangan anggap remeh. Tak jarang mereka lulusan sarjana. Saya punya beberapa klien yang membuka laundry. Yang pertama, dia karyawan sebuah bank BUMN. Ia menemui saya setelah membaca tulisan saya tentang mulai bisnis laundry kiloan. Dia menanyakan berbagai keperluan untuk bisnis laundry dari A sampai Z. Dia lulusan S1 jurusan ekonomi dan sedang melanjutkan S2. Dari pekerjaannya sebagai karyawan bank ia sudah memiliki kendaraan sendiri. Kini dia sudah membuka usaha laudry kiloan depan rumah sakit sewasta di Ciamis.
     Klien kedua, seorang sarjana lulusan sebuah perguruan tinggi agama di Jakarta. Setelah lulus ia kembali ke kampung halaman. Klien tersebut teman saudara saya yang masih satu kampus beda angkatan. Kini, usaha laundrynya sudah berjalan. Dia baru punya satu karyawan.
Sungguh berbeda tukang cuci saat ini dengan tukang cuci bibi-bibi zaman dulu. Bila bibi-bibi hanya mengisi waktu luang untuk mencuci juga karena tidak punya pekerjaan lain, kini mencuci menjadi bisnis yang dikelola secara profesional. Bahkan sudah banyak waralaba laundry dengan modal awal yang tak kalah besarnya dengan usaha lain.
      Maka tak salah, jika anda memasuki workshop sebuah laundry, penjaganya cantik sedang ngutak-ngatik laptop, di tangannya blackbarry dan di depan workshopnya mobil mengkilap. Ah memang zaman sudah berubah. Saya usul, berita-berita di TV jangan lagi mengaitkan gambaran kesengsaraan rakyat miskin dengan “hanya buruh nyuci”. Ganti saja oleh pekerjaan lain…(anp)


Sumber : Kompasiana

Senin, 14 Juli 2014




Dasar-Dasar Bisnis Laundry 
  • Tentang Laundry & Segmentasi
Dengan perkembangan model busana dan aneka pernak perniknya. Misalkan, kain berkombinasi dengan bordiran, mute, payet rumbai rumbai kaca, bulu, logam dan masih banyak lagi. Sebagai kelengkapan rumah tanggapun semakin beragam seperti, bed cover, duved cover, berbagai jenis dan model handuk, dll. Dengan perkembangan kain serta modelnya maka pencucian dan perawatanya menjadi sulit, disinilah jasa laundry mulai diperlukan.
Laundry pun bukan sekedar tempat mencuci melainkan sebagai tempat perawatan pakaian agar lebih bersih dan awet, dan factor serba instant serta praktis menjadi trend bagi masyarakat saat ini.
Begitu pentingnya keberadaan laundry saat ini maka bisnis ini begitu berkembang pesat. Kalau jaman dulu jasa laundry masih dikelola oleh kebanyakan dihotel hotel tapi saat ini baik kalangan bermodal atau masyarakat umum mulai memanfaatkan jasa laundry.
  • Prosedur Laundry
Mengerjakan segala sesuatu harus melalui tahapan-tahapan yang benar. Tidak bisa tahap akhir dikerjakan di awal pekerjaan. Begitupun sebaliknya. Dalam hal laundry tahapan itu menjadi prosedur baku yang harus dilewati. Ada delapan langkah laundry yang wajib ditaati. Misalnya saja tahap pengambilan bahan yang akan dicuci, pemisahan, tahap pencucian, tahap pengeringan, atau tahap pressing.
  • Difinisi Kotoran di Laundry
Kotoran (Dirt) adalah benda yang tidak diharapkan pada textile atau permukaan lainya. Kotoran ini biasanya terdiri dari gabungan beberapa komponen, tergantung dari jenis dan pemakaian dari kain tsb, misalnya. 
  • Tentang Dryclean
Dry cleaning adalah proses mencuci dengan menggunakan solven, bukan air.
Langkah Meningkatkan Produksi
Operasional laundry tidak hanya menghasilkan cucian bersih, harum serta lipatan yang rapi. Tetapi juga harus menjaga keuntungan dengan cara mengontrol biaya operasional dan produksi cucian yang maksimal.
“Sumber : Pengusaha Laundry Jogja”

Sabtu, 12 Juli 2014




pict : sudut jalan malioboro yogya

 Beberapa waktu yang lalu, temenku sempat menyelutuk,
“Lama-lama Jogja bakal jadi kota laundry nih”.
“Kenapa?”, tanyaku“Liat aja semakin banyak laundry yang bermunculan.”, jawab dia.
Bener juga piker saya. Semakin hari, layanan laundry semakin menjamur. Bahkan tiap 5 meter sekali bisa ada laundry sendiri. Dan menurut saya ini tidak salah. Dengan disandangnya Jogja sebagai kota pelajar, tiap tahun pasti ada penambahan mahasiswa baru di kota ini. Dan saya sangat yakin dari kesemua mahasiswa tersebut, 68% dari mahasiswa itu pemalas, termasuk untuk urusan cuci mencuci. Bahkan saya juga termasuk didalamnya.
Jadi wajar-wajar aja, klo bisnis ini semakin booming. Karena urusan cuci mencuci juga bersinggungan dengan 3 kebutuhan pokok manusia, yaitu sandang, pangan dan papan. Pokoknya selama ada mahasiswa di Jogja, selama Jogja masih menyandang predikat kota pelajar, selama 68% mahasisa masih malas untuk mencuci pakaiannya sendiri, selama itu pula bisnis laundry ini akan makmur. Siap-siap aja menjadikan gelar baru kota Jogja menjadi Jogja kota Laundry.

“Sumber : Rahayu / mahasiswi Jogja”

Rabu, 09 Juli 2014


       


      Dengan semakin padat dan dinamisnya kinerja seseorang, menuntut untuk dapat mengatur waktunya sebaik mungkin. Sedikit sekali orang memiliki kemampuan manajerial dalam membagi waktunya, apalagi untuk hal-hal yang dianggap sepele namun berpengaruh besar. 
      Aktivitas yang kecil namun membawa pengaruh besar tersebut yaitu mencuci pakaian. Bila dipikir berapa banyak orang dikota besar yang bisa membagi waktunya untuk mencuci pakaiannya sendiri, sejak pagi sudah bergelut dengan pekerjaanya, pulang dari kantor sudah larut malam, dan hanya ada satu dibenak pikiran yaitu istirahat.
    Sebagai contoh untuk di Jakarta sendiri yang memiliki populasi penduduk 8 juta orang dengan rata-rata 2 juta kepala keluarga saat ini diprediksi baru tergarap cucian 5.000 kepala keluarga. 
Bila masing-masing keluarga itu rata-rata punya empat orang anggota keluarga dengan cucian 1,5 kilogram per hari, maka dalam satu hari 7,5 ton pakaian warga Jakarta yang dicuci. menggunakan jasa laundry kiloan, nilai nominalnya setara dengan Rp3 miliar per bulan. 
Itu baru dari segmen keluarga. Belum untuk segmen hotel dan restoran. Biasanya, hotel meski mempunyai jasa binatu sendiri, namun kebanyakan justru menggunakan jasa binatu luar untuk seprai, sarung bantal, atau taplak meja. 
      Untuk 2,3 juta kamar di Jakarta dan rata-rata 40% urusan cuci ini diboyong untuk dicucikan di luar hotel, maka jasa binatu bisa memperoleh Rp4,6 miliar per hari dari cucian hotel itu. 
Selain itu, binatu juga banyak menerima cucian bagi anak kos khususnya para mahasiswa, karena dirasa harga dari laundry kiloan murah dan sangat terjangkau untuk kantong mahasiswa. 
      Maka tidak heran bahwa bisnis laundry kiloan merupakan bisnis yang menggiurkan dan tidak ada matinya. 
7 Kelebihan Usaha Laundry :
  Modal awal relatif rendah. 
•  Operasional mudah dan sederhana. 
•  Risiko kecil. 
•  Cashflow cepat, setiap hari omzet datang. 
•  Hasilnya jutaan rupiah. 
•  Selalu dibutuhkan orang sampai kapanpun. 
•  Bisnis yang tetap hidup 
“Sumber : Simply Laundry Jogja”

Selasa, 08 Juli 2014


 


       Bisnis laundry kiloan diyakini pertama kali muncul berasal dari kota Yogyakarta. Diawali dengan konsep laundry rumahan yang menampung cucian dari para mahasiswa, karena dirasa perhitungan perpotong cukup mahal lalu muncul gagasan dengan menggunakan sistem perhitungan kiloan. 1 kilo bisa untuk 4-5 potong pakaian, tentunya sangat menguntungkan bagi konsumen. 
      Mulanya banyak orang bertanya-tanya apa itu cuci kiloan? Namun setelah konsumen mengetahui bahwa mencuci kiloan lebih hemat, pelan tapi pasti laundry kiloan mulai diterima oleh para mahasiswa di Jogja, Baik konsumen maupun pemilik laundry kiloan merasa saling diuntungkan, Bagi konsumen biaya mencuci sangat ringan sesuai kantong mahasiswa, yang merupakan pangsa pasar terbesar untuk laundry kiloan di Jogja. Bagi pengusaha laundry pun sama merasa diuntungkan, karena dengan harga yang terjangkau dapat menarik konsumen yang begitu banyak. 
      Melihat peluang bisnis yang bagus tersebut lalu kemudian konsep laundry kiloan muncul di kota-kota lain, pangsa pasar untuk laundry kiloan pun sangat luas mulai dari mahasiswa, rumah tangga, rumah sakit, rumah makan, bahkan perhotelan sekalipun. 

sumber : Simply Loundry jogja”

Senin, 07 Juli 2014


     

 Sebelum kita mengulas tentang perbedaan antara deterjen cair dan deterjen bubuk, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu definisi dari deterjen. Deterjen ialah campuran berbagai bahan , yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari turunan bahan bahan minyak bumi. Dibandingkan dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tdak terpengaruh oleh kesadahan air.
     Dari jenisnya deterjen dibagi menjadi 3 jenis :

1.        Sabun Bubuk    : adalah sabun yang dibuat menjadi bubuk dengan kadar antara 12%-15% saja. Sedangkan unsure lain yang terkandung didalamnya adalah dryer, builder, dan filler. Dan karena deterjen bubuk ini menganduk builder biasanya sabun bubuk ini dapat menimbulkan kerak pada mesin cuci. Sehingga harus sering dibersihkan sehingga tidak menempel pada cucian kita.

2.       Sabun Cream     : Sabun yang dibuat menjadi pasta atau kita sebut sabun colek. Sabun ini memiliki kadar sabun 10%-15% namun biasanya diberi filler yang tidak mudah larut dalam air. Sehingga sabun ini sangat tidak dianjurkan untuk mesin cuci.

3.       Sabun Cair           : kadar sabun yang dimiliki sabun cair lebih bervariasi antara 5%-50%, karena zat pengisinya adalah air maka sabun jenis ini mudah larut dalam air dan memiliki kecepatan reaksi yang lebih cepat dibandingkan kedua jenis sabun yang lain. Masih banyak orang yang menganggap sabun cair ini tidak praktis dibandingkan yg lain. Namun kenyataanya jika dilihat dari konsentrasi maksimumnya sabun jenis inillah yang paling tinggi. Dan sudah dapat dipastikan bahwa sabun cair ini yang paling bersih dan tidak menyebabkan masalah pada mesincuci anda.

   Jadi kesimpulan menurut kami, alangkah sangat dianjurkan jika kita para pelaku bisnis laundry menggunakan sabun cair ini. Walaupun dari segi harga lebih mahal dari sabun bubuk, namun dilihat dari segi efisiensi dan dampaknya lebih unggul sabun cair.
Bagi yg membutuhkan supplay sabun cair berkualitas bisa menguhubungi Kami